Sabtu, 06 Mei 2017

KECAMATAN SUKOLILO DAN HARAPAN WARGA

Sungguh, sebagai warga Surabaya yang berdomisili di seputaran Keputih, Sukolilo, ikut bangga membaca berita tentang prestasi yang baru saja diraih oleh Kecamatan Sukolilo. Pertanda kinerja staf Kecamatan semakin baik. Paradigma yang selama ini terbangun sudah mulai ditinggalkan. Berubah semakin professional.

Biasanya, warga yang berurusan dengan pihak Kecamatan (juga Kelurahan) harus sabar menunggu dan menuruti perintah (permintaan) yang terkesan mengada-ada. Seperti, berkasnya kurang, perlu difoto kopi lagi beberapa lembar, besuk saja pimpinan tidak ada di tempat, dan sebagainya. Intinya warga harus sabar harus bolak balik datang dan menunggu. Kini perilaku semacam itu sudah semakin berubah, berganti dengan layanan yang ramah dengan “Salam, Sapa, dan Senyum”.

Mungkin yang perlu ditingkatkan adalah layanan parkirnya. Selama ini tukang parkirnya terkesan seenaknya, penampilan lusuh tanpa seragam dan tanpa senyum kala menerima uang parkir (apalagi kepada kaum wanita). Mungkinkah tukang parkir ditiadakan, bebas dari tarikan tukang parker. Kiranya perlu kajian yang mendalam.

Sekali lagi sebagai warga Kecamatan Sukolilo, turut bangga atas prestasi yang dicapai dengan semangat tinggi. Walau sebagai warga tidak tahu bidang apa saja yang dinilai baik dan indikatornya. Tapi itu tidak penting bagi warga. Karena warga hanya ingin mendapat pelayanan yang baik sesuai aturan. Jika warga harus membayar, hendaknya dijelaskan secara terbuka. Sukur–sukur dipasang tarifnya, bukan dengan cara bisik-bisik, menggunakan gaya tubuh dan ujaran yang mengandung arti pasemonan (guyon parikeno), yang intinya minta uang.

Misalnya, “Isuk-isuk durung ngopi”, atau sambil memeriksa berkas, berteriak entah kepada siapa, “Hoi…Gak ngajak sarapan aku ta?”, dan sejenisnya. Sehingga warga menjadi serba gak enak, rikuh.

Ada baiknya jika prestasi itu juga ditularkan kepada warganya, yaitu dengan mengajak berpartisipasi mensukseskan program Kecamatan, juga Kelurahan. Seperti sosialisasi taat bayar pajak, meningkatkan siskamling, mengingat tren kejahatan menjelang romadhon dan lebaran, cenderung meningkat.

Tak kalah pentingnya adalah menumbuhkan rasa ‘melu handarbeni’ terhadap fasum dan fasos yang telah dibangun oleh pemkot Surabaya, dan bermanfaat bagi warga. Sayangnya, dibeberapa tempat, banyak fasum dan fasos yang dibiarkan merana rusak dan kumuh karena tidak adanya rasa ikut memiliki, menjaga  dan merawatnya. Sementara anggaran pemeliharaan dari pemkot harus melalui prosedur yang memakan waktu.

Kemudian, agar warga benar-benar merasakan prestasi yang telah dicapai, tidak ada salahnya jika pihak Kecamatan (Kelurahan) secara berkala mengikuti kegiatan senam pagi yang dilakukan oleh masyarakat, baik di Lapangan Kampung setempat, di perumahan dan di halaman pertokoan sebagai bentuk perhatian sekaligus memberikan motivasi kepada inisiatif warganya.

Secara berkala pula mengadakan acara cangkruk’an temu warga untuk menangkap aspirasinya. Sebagai pimpinan yang berprestasi diharapkan bisa mengajak warganya untuk peduli kebersihan dan ikut memelihara taman-taman yang berguna sebagai kawasan terbuka, seperti Taman Harmoni (ada juga yang menyebut Taman Sakura) di Kelurahan Keputih. Tepatnya di belakang Terminal, sebelahnya Puskesmas dan Pos Pemadam Kebakaran.

Sebagai ikon Kelurahan Keputih, tidak terlalu salah jika partisipasi warganya ditumbuhkan, agar peduli terhadap keasrian taman eks tempat pembuangan sampah. Perlu gerakan kerja bakti massal yang melibatkan masyarakat dan pelajar sebagai media pembelajaran hidup bersih, cinta lingkungan asri, gotong royong dan berlatih bermasyarakat.

Semua ini bisa berjalan jika unsur pimpinannya memberi contoh. Semoga prestasi ini bisa berimbas kepada kecamatan yang lain di wilayah Surabaya, termasuk keberadaan Karang Taruna, Remaja Masjid, PKK, Majlis Taklim, FKPM dan kelompok lain yang ada, terpacu untuk berprestasi dengan aksi nyata yang bermanfaat bagi sesama. [eBas]





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar