Akhirnya, forum pengurangan risiko
bencana jawa timur (F-PRB JATIM), berhasil menyelenggarakan musyawarah besar. Perhelatan besar itu diselenggarakan di Hotel Pelangi, Kota Malang, 24 - 25 April 2017, berhasil memilih pengurus baru dengan suara aklamasi tanpa diwarnai aksi.
Semoga personil yang diberi amanah
menjadi pengurus bisa meramaikan forum dengan kegiatan yang kreatif, inovatif
dan membawa kebermanfaatan bagi upaya pengurangan risiko bencana, penanggulangan
bencana, dan adaptasi perubahan iklim. Dari forum inilah diharapkan muncul
gagasan cerdas yang bisa menginspirasi para pengambil kebijakan.
Bolehlah dikatakan bahwa keberadaan forum
itu sebagai tempat membicarakan
kepentingan bersama untuk memperkaya wawasan, memperluas pengetahuan, dan
meningkatkan kapasitas (keterampilan dan kemampuan), melalui pertukaran
informasi, pengalaman, serta membangun jejaring kemitraan.
Jika melihat keberagaman pengurus,
tampaknya ada harapan baru dalam implementasi program forum. Keberagaman pengalaman
dan latar belakang pendidikan kelihatannya juga akan memperkaya programnya. Tentu,
harapannya, program yang disusun semakin dapat terasakan manfaatnya bagi anggota
forum, pemerintah (BPBD, BNPB) dan dunia usaha, serta khalayak ramai yang
menjadi bidikan programnya.
Konsolidasi dan peningkatan kapasitas
anggota, kayaknya mendesak untuk diagendakan. Agar terjadi kesepahaman akan
keberadaan forum. Sehingga keberadaannya benar-benar menjadi pertukaran pengalaman
dan saling memberi informasi antar anggota dimanapun berada. Ini penting, untuk
memudahkan koordinasi, komunikasi dan mobilisasi saat terjadi bencana dan menghindari berita hoax yang berseliweran di media sosial.
Dengan kecanggihan teknologi
internet, tidak menutup kemungkinan forum memfasilitasi anggotanya untuk
berdiskusi lewat whatsapps (online) yang murah meriah, daripada harus bersemuka
mengeluarkan biaya ekstra. Termasuk rapat-rapat per bidang.
Hal ini sejalan dengan usulan Sekjen
F-PRB JATIM yang ingin membangun dinamika melalui diskusi rutin, sekaligus
upaya menjaga nilai dan ruh forum agar tidak terjebak dalam hal teknis dan
praktis, seperti yang diutarakan oleh sesepuhnya forum, Sugeng Yanu.
Topiknya bisa apa saja, seperti
pelayanan publik dalam kebencanaan. Bisa juga pengalaman tentang peristiwa di
lapangan yang ‘menggelitik’ untuk di
diskusikan. Dimana nantinya, hasil diskusi yang berupa aneka komentar itu
dikompilasi oleh personil yang piket di sekretariat.
Kemudian diselaraskan oleh bidang
publikasi dan kampanye, serta humas, untuk dijadikan artikel yang menarik, dan enak dibaca, dimuat
di bulletin (news letter), terbitan F-PRB JATIM. Semoga gagasan liar ini bisa
menggugah semangat menulis bagi anggota forum, guna ikut mensukseskan Gerakan Literasi.
Dengan demikian, seluruh anggota
forum diharapkan ikut terlibat aktif dalam ‘pertukaran’
gagasan lewat berbagai komentar yang bebas dan bertanggungjawab. Tidak hanya
aktif ketika ada acara seremonial belaka. Inilah yang harus ditekankan agar
kepengurusan F-PRB Jatim ada bedanya dengan sebelumnya.
Ada yang bilang komunikasi dan
koordinasi harus diperkuat agar keberadaan forum semakin solid, transparan,
berkualitas dan diperhitungkan kehadirannya. Salah satunya dibangun lewat
dialogis partisipatori, sebuah teknik pemberdayaan yang sangat dipahami oleh para pendiri forum, yang saat ini diberi
amanah menahkodai F-PRB JATIM hasil mubes di Hotel Pelangi, Kota Malang, Jawa
Timur.
Rapat perdana F-PRB Jatim pun sudah
digelar di ruang Unsur Pengarah BPBD JATIM, rabu (18/05/2017), dengan agenda finalisasi
pengurus, aktivasi sekretariat dengan menyusun daftar piket yang berdenda,
pembahasan renstra dan kerjasama. Semua ini akan mewarnai musyawarah kerja yang
direncanakan akan diselenggarakan tanggal 11 Juli 2017 . Semoga langkah
kecil yang telah diayunkan oleh beberapa pengurus, bisa menelurkan kegiatan nyata, sebagai bentuk
redesain gerakan F-PRB JATIM. Salam tangguh, salam kemanusiaan. [eBas]
Mari kita kobarkan semangat berforum dgn mengedepankan konsep saling menguatkan bukan melemahkan demi kemajuan bersama
BalasHapus